KULTURNATIV.COM - Pertengahan bulan September Hitam, Aksi Kamisan Bandung kembali menggelar aksi di depan Gedung Sate, Kamis, 16 September 2021. Pada gelaran aksi kali ini, massa yang datang membicarakan tentang hari demokrasi yang jatuh pada Rabu, 15 September serta ketersediaan ruang untuk menyampaikan pendapat.
Rangkaian kegiatan aksi meliputi refleksi dari massa yang datang, pembacaan puisi serta musik. Kegiatan dimulai pada sore hari hingga petang menjelang.
Peringatan hari demokrasi internasional menjadi saat yang tepat untuk merefleksi bagaimana ketersediaan ruang untuk menyampaikan pendapat, khususnya di Bandung.
Baca Juga: Pantomim Wanggi Hoed pada Aksi Kamisan Bandung Peringatan 17 Tahun Kematian Munir di Bandung
Hal itu diungkapkan oleh Heri Pramono saat mewakili Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandung untuk memberikan refleksi di aksi tersebut.
Dalam orasinya, Heri mengatakan bahwa pemerintah harusnya mengutamakan unsur demokrasi yang paling penting yakni pendapat warga. Sulitnya akses ruang untuk menyampaikan pendapat dibuktikan dengan adanya pembungkaman hingga penangkapan paksa.
“Seperti kejadian yang terdekat adalah penghapusan mural, represi saat aksi, penangkapan lewat kriminalisasi misalnya UU ITE,” kata Heri kepada Kulturnativ.com.
Baca Juga: FOTO-FOTO Aksi Kamisan Bandung ke-361, 17 Tahun Pembunuhan Munir
Artikel Terkait
Aksi Kamisan Bandung Peringati Hari Anti Penghilangan Paksa International
Foto Esai, Aksi Kamisan ke 360 September Hitam Menolak Lupa Kasus Pelanggaran HAM
Pembukaan Peringatan September Hitam Oleh Aksi Kamisan Bandung
Jelang Kadaluarsa Kasus Pembunuhan Munir, Aksi Kamisan Bandung: Jangan Sampai Impunitas
FOTO-FOTO Aksi Kamisan Bandung ke-361, 17 Tahun Pembunuhan Munir
Pantomim Wanggi Hoed pada Aksi Kamisan Bandung Peringatan 17 Tahun Kematian Munir di Bandung