• Jumat, 29 September 2023

Penyedia Jasa Off-Road Sepi Penumpang, Sebagian Supir Jual Mobilnya

- Senin, 23 Agustus 2021 | 19:26 WIB
Foto : instagram dnrdfh
Foto : instagram dnrdfh

KULTURNATIV.COM – Menemui Dinardi (26), penyedia jasa wisata off-road asal Bandung yang pagebluk ini mata pencahariannya mati suri. Sektor pariwisata yang tutup saat masa pembatasan berlangsung, membuat ia serta supir lainnya kehilangan pesanan untuk jasa tersebut. Tak hanya itu, kerugian pun dialami pihak lain yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini.

Dilihat dari pelaksanaanya, off-road berarti pengendaraan mobil di luar lintasan jalan beraspal. Biasanya, medan jalan seperti tanah berlumpur, bebatuan, hingga sungai dijadikan lintasan. Mobil yang digunakan pun memiliki kapasitas dan kelengkapan khusus, seperti sistem penggerak empat roda (4WD), hingga jenis ban yang dipasang.

Dinardi mengungkapkan bahwa setiap ada pesanan jasa, ia harus menyiapkan kondisi mobilnya sehari sebelum perjalanan.

“Mobil harus dalam keadaan fit, mengurangi kemungkinan trouble di track,” kata Dinardi, sambil menghisap rokoknya. “Hal-hal seperti ban yang copot atau onderdil yang patah, itu kapan saja bisa terjadi.”

Setelah kondisi mobilnya terjamin, supir biasanya mempersiapkan pula kondisi tubuhnya untuk kegiatan esok hari. Tak jarang, Dinardi memilih menginap di lokasi penjemputan peserta. Hal itu biasanya ia lakukan jika lokasinya jauh dari kediaman.

“Menginap di lokasi penjemputan itu maksudnya tidur di mobil, di parkiran,” ungkapnya. “Biasanya kan lokasi kumpul di hotel, saya tidur di parkiran, pasang hammock di mobil.”

Kegiatan berlangsung sehari penuh, dari titik penjemputan mobil membawa tujuh peserta menuju Cikole, Lembang untuk titik pertama. Pola perjalanannya berbeda-beda, terkadang sebelum memasuki medan off-road, peserta mencoba atraksi permainan paintball, rekayasa perang menggunakan senapan dengan peluru cat berbentuk bola. Setelahnya, peserta diberi waktu untuk istirahat dan makan, sebelum lanjut masuk ke track off-road.

BACA JUGA: Cerita Gilang Merajut Kembali Eksistensi Tamiya Melalui Kejuaraan di Bandung

Ketika mobil berada di lintasan, Dinardi selalu mengingatkan kepada peserta untuk berhati-hati. Seperti menjaga agar tangan tidak keluar batas jendela mobil hingga memberitahu bentuk postur serta posisi saat medan jalan mulai terjal dan menantang.

“Kalau peserta tidak ingin paintball, kami langsung masuk ke track untuk off-road hingga siang hari, setelah makan siang dan istirahat kami langsung bergegas kembali ke lokasi penjemputan,” Dinardi menjelaskan.

Untuk setiap pesanan jasanya, ia mendapat bayaran Rp900 ribu hingga Rp1 juta. Dirinya mengungkapkan bahwa pesanan jasa tersebut biasanya datang dari stakeholder terkait seperti event organizer (EO) yang disewa oleh perusahaan tertentu untuk kebutuhan kegiatan luar ruangan. “Pembayaran diberikan setelah kegiatan selesai hari itu,” katanya.

Mengenal Off-Road Sejak Kecil

Dinardi mengenal dunia off-road sejak balita. Dirinya mengungkapkan bahwa saat itu sering diajak oleh ayahnya melakukan beberapa kegiatan serupa, namun menggunakan kendaraan roda dua. Hingga dirinya duduk di bangku kuliah tepatnya semester tiga (sekitar tahun 2014), ia mulai aktif menggeluti kegiatan ini sebagai penyedia jasa off-road.

Ia mengaku pertama kali mengendarai mobil untuk off-road dengan cara mencuri kunci milik ayahnya. “Saking seringnya diam-diam ambil kunci mobil, ayah saya akhirnya memberikan mobil tersebut ke saya,” katanya.

Halaman:

Editor: Java Anggara

Tags

Terkini

X